Minggu, 25 Desember 2016

CERITA DARI SMK

Sedikit Cerita Waktu Masih SMK




Foto gapura ini dulu saya ambil dengan Rabar (temen seangkatan waktu kuliah), lupa dia mau bikin tugas mata kuliah apa dulu itu. Karena nggak tau SMK Negeri 9 Surakarta itu dimana yasudah saya yang nganterin kesitu.

Saya lulus dari SMP Negeri 2 Jumapolo dulu tahun 2001, dan melanjutkan untuk bersekolah di SMK Negeri 9 Surakarta. Awalnya saya pengen masuk sekolah yang ada jurusan Tata Busana, karena saya suka bikin baju dan membuat desain-desain baju. Hanyasaja karena saya tidak memiliki mesin jahit dan status orangtua yang hanya petani, jadi saya tidak diterima masuk ke sekolah tersebut. Padahal kalau menjahit baju biasanya saya kerumah kakak, karena suami kakak saya seorang penjahit jadi setiap hari kesana juga saya rasa nggak masalah.Mesin jahitnya kan juga ada 2 waktu itu, tapi yang namanya belum rejeki yasudahlah saya harus menerima kenyataan bahwa siswa yang diterima disana adalah anak orang berstatus.

Teman dekat saya waktu itu bisa diterima, padahal nilai kami sama persis danemnya. Bedanya teman saya anak Pegawai Negeri Sipil dan punya mesin jahit dirumah, karena ibunya seorang penjahit. Sedihnya itu dengan jujur waktu saya diwawancara oleh dua orang guru tetapi yang satunya hanya sebagai partner saja yang menanyai saya hanya satu orang.

Tanya : "Kenapa kamu ingin sekali masuk ke sekolah ini?"
Jawab : "Saya pengen jadi seorang desainer bu"
Tanya : "Memangnya kamu bisa jahit?"
Jawab : "Bisa bu"
Tanya : "Kamu bisa jahit apa?"
Jawab : "Jahit baju, celana, rok bu"
Tanya : "Kamu punya mesin jahit?"
Jawab : "Tidak bu"
Tanya : "Terus kamu biasanya jahit dimana?"
Jawab : "Kakak ipar saya penjahit bu, biasanya saya kesana kalau menjahit rumahnya dekat"
Tanya : "Bagaimana kamu bisa mengerjakan tugas-tugas yang banyak sekali, sedangkan kamu tidak memiliki mesin jahit?"
Jawab : "Biasanya kalau menjahit sampai malam saya disana bu, kadang juga tidur disana"
Tanya : "Masak tiap hari numpang, tugas-tugas praktek itu banyak sekali"

Saya hanya diam, dalam hati saya bertanya
"Memangnya kalau di SMK ngerjakan tugas-tugas praktek itu setiap hari yaa? Apa tidak ada pelajaran yang lainnya, masak menjahit terus?"

Tanya : "Apa pekerjaan orangtua kamu?"
Jawab : "Bapak petani, Ibu kerja di pabrik batik bu"
Tanya : "Biaya sekolah disini itu mahal disini sekolah favorit, belum lagi biaya praktek banyak memangnya orangtua kamu sanggup membiayainya?"
Jawab : "Sanggup bu, saya sekolah dibiayai kakak saya"
Tanya : "Memangnya kerja apa kakakmu sampai bisa membiayai kamu, dia petani, buruh apa karyawan pabrik?"

Saya pun diam males mau menjawab, dalam hati saya bicara

"Sepertinya saya tidak diharapkan disekolah ini, karena saya bukan anak orang kaya lebih baik saya diam saja lah"

Karena menurut saya kalau saya bilang kakak saya seorang Pegawai Negeri Sipil di Departemen Keuangan pasti saya bisa dipertimbangkan lagi untuk diterima disana. Saya tidak suka dengan lingkungan yang seperti itu, baik dengan seseorang hanya karena status dan jabatan saja. Lagian saya tidak perlu menyombongkan status kakak saya demi untuk diterima dilingkungan mereka. Saya lebih bangga diterima dilingkungan yang menghargai saya dengan status orang tua saya seorang petani.

Saya lihat mereka berdua berbisik-bisik tapi kedengaran juga bicaranya, orang cuman duduk didepan saya lho. Dari sekian banyak pertanyaan yang dilontarkan kepada saya, saya bisa menilai maksud mereka apa. Mungkin memang benar kalau orangtua saya tidak sanggup membiayai semua biaya praktek disekolah itu, apalagi membelikan saya mesin jahit. Sekarang saya tidak harus menjawab pertanyaan mereka, saya pun menyikapinya dengan hanya diam dan menerima keputusan bahwa saya ditolak masuk ke sekolah tersebut.



  • TIDAK DITERIMA MASUK SEKOLAH LAIN

Mungkin memang sudah jalannya demikian, pasti ada jalan lain yang lebih baik daripada waktu itu. Saya tidak dendam dengan perlakuan mereka yang sudah meremehkan orang kecil seperti saya, semoga suatu saat orang-orang itu bisa sadar kalau apa yang dikatakan mereka tidak sepantasnya dibicarakan didepan saya. Saya masih ingat mereka berdiskusi ngomongin saya dan keluarga saya tapi mungkin memang peraturan disana seperti itu atau hanya peraturan individu saja yang melarang siswa tidak mampu bersekolah disana. Tapi biar bagaimanapun saya harus tetap berusaha sebisamungkin untuk menjadi seorang yang bisa menyenangkan hati orangtua, dan juga kakak-kakakku yang selalu mensuport saya.


Akhirnya saya mendaftar di SMK Negeri 9 Surakarta, sedih banget rasanya nggak bisa bareng sama teman saya bukan karena nggak diterima masuk di sekolah itu. Saya bersyukur sekali ketika saya datang mendaftar di SMK Negeri 9 Surakarta saya disambut sangat ramah oleh guru-guru disana. Biarpun kami belum begitu kenal, tapi waktu kami datang kesana langsung diarahkan bagaimana mendaftar sebagai siswa baru di sekolah itu.


Foto disamping ini waktu saya sudah kelas 3 SMK lho, kalau pas awal-awal saya masuk saya tidak punya foto sama sekali. 

Saya gemuk kan? nggak seperti sekarang ha..ha.... Apa gara-gara kuliah di Seni Rupa membuat saya kurus, atau mungkin karena beban pikiran karena dulu punya pacar jadi bikin kurus? 
Ahh....itu hanya perasaan saya aja, kalau yang pastinya sih beban hidup semakin berat mungkin ha..ha..ha....
 
Itu yang saya pakai adalah baju dan rok hasil jahitan saya sendiri, biarpun saya kost tapi dulu kalau hari libur saya pasti pulang ke rumah dan kalau sempat saya pasti menjahit baju dirimah kakak saya yang hanya berjarak 200 meter saja. Kalau bikin baju saya paling nggak bisa masang kerah dan lengannya pada waktu itu, jadi untuk masang kerah dan lengan saya dibantu kakak ipar saya.
 
Sangat beda jauh sekali dengan perlakuan di sekolah sebelumnya, dari situ saya mulai merasa nyaman biarpun tidak ada teman maupun kenalan disitu. Waktu ditanya saya berasal dari mana mereka kaget karena rumah saya yang jauh sekali dari Karanganyar. Apalagi jarak ke sekolah ini sangat jauh, naik bus harus ganti sebanyak 3 kali. Mereka bilang sangat salut dengan perjuangan saya yang sendiri dan tidak punya siapa-siapa disini. Mungkin karena kasian juga sama saya, setau saya mereka sangat baik-baik dan ramah-ramah itu saja. Mereka tidak tanya apakah saya orang kaya atau miskin, apa pekerjaan orangtua saya dan apa latar belakang kelurga saya. Sayapun bertanya dalam hati sambil mikir

"Apa mungkin disini saya diterima, atau jangan-jangan ditolak lagi. Kalau saya ditolak lagi disini terus saya mau sekolah dimana ya?, dipikir nantilah yang penting sekarang saya harus belajar sebaik-baiknya supaya hasil tes saya nanti bagus"



  • DAPAT TEMAN SENASIP
Tanpa sengaja saya bertemu dan berkenalan dengan Ika Indartatik diteras depan sekolah. Waktu itu dia sendirian membawa sepeda federal sedang duduk juga diteras depan sekolah. Ternyata nasip kita sama, sama-sama tidak diterima di sekolah yang sebelumnya. Alasan menolak kami juga sama, karena kami tidak memiliki mesin jahit dan orangtua kami hanya seorang petani.

Waktu itu saya mendaftar hanya memakai fotocopy (Surat Keterangan Hasil Ujian) SKHU, karena SKHU yang asli masih di sekolah tempat daftar yang sebelumya. Akhirnya sayapun mendapatkan nomor untuk mengikuti tes bakat menggambar di SMK Negeri 9 Surakarta. Setelah beberapa hari kemudian baru keluar nama-nama siswa yang lolos ujian masuk di SMK Negeri 9 Surakarta. Dan alhamdulillah nama saya keluar, dan saya dinyatakan diterima di SMK Negeri 9 Surakarta.

Ika berasal dari Wonogiri, disini dia numpang sama pamannya yang berjualan pakan burung di Nusukan. Jadi kemana-mana dia selalu naik sepeda federalnya, kalau nggak pasti naik angkutan umum. Karena saya sendirian tidak ada teman satupun disana, ika juga demikian jadinya kami berteman baik sampai sekarang.

Di SMK Ngeri 9 Surakarta waktu kami masih kelas 1 dulu belum ada penjurusan, jadi semuanya masih jurusan umum. Tapi pada waktu saya naik ke kelas 2 saya dimasukkan ke jurusan Seni Rupa, itu berdasarkan hasil tugas-tugas saya selama kelas 1.

Saya masuk di kelas 1 G sedangkan Ika masuk di kelas 1 F, yahh.....kami beda kelas. Sedih rasanya, tapi mau gimana lagi. Waktu itu Ika nggak betah di kelas 1 F, katanya anaknya nakal-nakal dan suka ribut dikelas. Ika sudah lapor ke wali kelas kalau mau pindah ke kelas G, tapi nggak jadi karena di kelas G kurang nyaman katanya. Yasudah saya sendirian dikelas, dapat tempat duduk paling depan sendiri. Lupa, kalau nggak salah saya satu meja dengan Lestari. Saya belum begitu akrab dengan teman satu kelas saya, karena merasa minder dan nggak pede sama sekali. Saya kan orang dari desa sedangkan mereka orang kota, apalagi saya tidak ada teman barengan dari SMP.


  • KABUR DARI KOST
Waktu itu saya kost didekat sekolah, karena tempatnya horor dan saya sering diganggu dengan penampakan-penampakan yang timbul tenggelam. Terkadang kalau habis salat saya berdzikir sebelum berdo'a ada yang ngikuti berdzikir disebelah saya. Bayangin aja ada suara nggak ada bentuknya, pas ada bentuknya nggak ada suara gimana saya betah tinggal disana coba. Senam jantung dibuatnya, pengenya pulang bisa istirahat karena disekolah seharian capek malah sampai rumah jedag-jedug rasanya.

Setelah 3 hari saya betah-betahkan tinggal disana, saya rasanya nggak sanggup untuk tinggal lebih lama lagi. Bukanya saya takut, horor aja nggak bisa tidur dengan tenang istirahat juga nggak bisa. Apalagi tempat tidur saya itu dulunya ruang kerja almarhum bapak kost saya. Saya sudah berusaha cuek dengan keadaan, tapi semakin dicuekin semankin sering saya diganggu. Kemudian saya cerita kejadian-kejadian aneh itu sama Ika, jadilah Ika menyusun rencana untuk pindah dari kos pulang sekolah itu juga. Dengan alasan saya mau numpang dirumah saudara, karena orangtua yang menyuruh. Jadilah sore itu ika menemani saya ke kost untuk mengepak barang-barang seadanya.

Setelah berpamitan saya jalan kaki sambil gendong ransel besar yang biasanya dipakai kakak saya naik gunung. Sedangkan Ika berjalan disamping saya dengan menuntun sepeda federalnya, kami berjalan lumayan jauh dari Banyuanyar ke Nusukan. Mungkin sekitar 30 menit kami berjalan kaki sampai kerumah pamannya Ika. Malam itu juga saya menumpang dirumah paman Ika, dan besok paginya kami kesekolah lagi. 

  • KOST BARU
Setelah pulang sekolah Ika menemani saya mencari tempat kost disekitar sekolah, setelah keliling banyak tempat kost yang penuh akhirnya saya mendapat tempat kos yang kamarnya sudah diisi orang. Mau gimana lagi karena terpaksa dan saya nggak enak numpang tidur dirumah pamannya Ika mau tidak mau ya harus mau.

Saya satu kamar dengan Mbak Hartatik, dan Mbak Umi. Tadinya saya nggak mau, masak 1 kamar bertiga kan nggak enak apalagi kamarnya sempit cuman muat kasur 1 dan sisa tempat untuk lemari dan tempat salat. Cuman karena Mbak Umi itu jarang di kost dan pulang ke rumahnya di Boyolali, jadi saya mau bertiga disana. Mereka adalah kakak tingkat saya di sekolah, biarpun awalnya kami tidak kenal disitulah kami berkenalan. 

Sore itu juga saya ikut pulang ke rumah paman Ika dan mengambil tas ransel saya yang berisi baju. Setelah saya pamit kepada paman Ika sayapun naik angkutan umum kekost yang baru. Kos kami dulu campuran cowok dan cewek, kamar cewek kamarnya ada didalam sedangkan kamar cowok ada diluar bagian belakang. 

Seingat saya dulu teman kost disana ada Mas Sugiyanto, Mbak Hartatik, Mbak Umi, Yani, Meika, Wawan, Sigit, Gunanto dan siapa lagi saya lupa. Akhirnya saya kenalan juga dengan  mereka, ternyata Yani, Wawan, Sigit dan Gun itu 1 kelas dengan saya di G, sedangkan meika 1 kelas dengan Ika di F. Akhirnya ada barengan temen ke sekolah dari kost. Biarpun sebenarnya kost situ juga horor, tapi karena banyak teman saya betah-betah aja.


  • PINDAH KOST
Beberapa bulan kemudian saya diajak pindah adik sepupu saya Lastri kost didaerah Purwosari. Kebetulan dia diterima masuk kuliah di AMIK Sinar Nusantara dan harus masuk kuliah secepatnya. Karena dia sebelumya menetap di Nusa Tenggara Timur mengikuti Pak Lik dan Bu Lik saya berdagang disana, jadi daerah solo dia tidak mengenal sama sekali. Makanya saya disuruh menemani disana, dan dia juga tidak berani kost sendiri, sehingga minta saya menemani kos di Purwosari.

Kost baru saya tepat dibelakang kampus AMIK Sinar Nusantara daerah Purwosari. Kalau dari sekolah mungkin sekitar 15 atau 20 menit kesana, karena naik angkutan umum jadi sering berhenti lama nyari penumpang di jalan. Biarpun kalau ke sekolah saya harus naik angkutan umum 2 kali, yaitu angkutan 01a dari AMIK ke Penumping dan dari Penumping naik angkutan 09 ke Banyuanyar. 

Kalau pagi takut terlambat pergi ke sekolah saya naik angkutan umum 2 kali, teapi kalau siang saya cari yang irit saja. Saya naik angkutan 09 turun di perempatan Gendengan (sekarang perempatan barat Solo Grand Mall), setelah itu saya berjalan kaki ke kost. Jauh juga tapi nggak apa-apa sekalian saya olahraga, ngirit duit juga jadi bisa jajan es buah waktu itu.







  • JURUSAN DI SEKOLAH
Jurusan yang ada di SMK Negeri 9 waktu itu ada Seni Rupa, Kriya Tekstil, Kriya Kayu, dan Kriya Logam. Saya tidak berminat sama sekali masuk ke jurusan tekstil, karena di jurusan tekstil setau saya menjahit, membatik, menyulam, dll.

Saya pikir karena dari kecil saya sudah terbiasa membatik dirumah, menjahit sudah bisa, menyulam juga bisa yasudah saya tetap dijurusan Seni Rupa aja. Karena di tekstil itu isinya cewek semua, saya paling males banget kalau berurusan sama cewek-cewek, karena pengalaman saya pernah diajak ribut sama cewek gara-gara digosipin saya deket sama cowoknya. Bukanya saya takut cuman males aja ribut, karena banyak kejadian yang saya lihat kakak-kakak tingkat yang jurusan Tekstil suka berantem sampe cakar-cakaran.

Jadinya saya masuk ke kelas 2 Seni Rupa B, disana cowoknya banyak sedangkan ceweknya hanya 5 orang. Seingat saya dulu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar